Thursday, July 12, 2012

Menjaga Api Semangat

Ternyata bukan hal mudah menyediakan “Writing Time”. Rasanya selalu saja ada kendala. Pekerjaan menumpuk, menjawab permintaan penawaran, menelpon balik miscall, menjawab sms, mereview pekerjaan, memikirkan pengembangan produk, menerima tamu teman-teman yang mau jalan-jalan ( karena usaha kami memang di bidang travel wisata dan event organizer ), mengatur ini dan itu, ….sehingga rasanya 24 jam waktu terlalu cepat berlalu. Itupun hasil pekerjaan ternyata masih belum maksimal. Banyak deadline meleset, mereschedulle meeting, mereschedulle reply email yang sudah dijanjikan. Singkat kata, setiap hari penuh dengan kesibukan. Lalu kapan mulai menulis? Segudang ide ada di kepala, seakan-akan hendak tumpah ruah, namun kadang belum sempat menuangkannya, sudah tertimpa ide lain. Terpikir juga bagaimana orang-orang hebat/sibuk menyempatkan waktu untuk menulis? Pak Habibie, Pak Amien Rais, Cak Nur Alm dst….serta para penulis hebat seperti Pak Rhenald Kasali, Ahmad Fuadi, Andrea Hirata, dll..Mereka punya waktu yang sama, 24 jam. Namun mereka mampu menggoreskan pena dan menghasilkan karya-karya besar, dan terbukti telah lebih banyak menularkan pengaruh/pikiran positif bagi para pembacanya… Tayangan Kick Andy edisi tadi malam, 24 Juni 2011 turut mewarnai pikiran saya hari ini. Prof Drs. Irwanto, PHD, adalah seorang penyandang cacat, karena korban malapraktik seorang dokter. Sebelum mengalami cacat fisik, dimana separuh badannya lumpuh total, beliau adalah dosen yang membawahi 1 jurusan di Universitas Atmajaya. Cobaan maha berat yang menimpa beliau tidak lantas membuatnya menyerah dan berhenti berkarya. Sebagai manusia, memang benar, beliau mengakui sempat stress berat. Mengurung diri di kamar, mengunci jendela dan menutup gorden, berharap Tuhan segera mengambil nyawanya. Beliau benci kepada Tuhan, kepada dokter yang telah membuat kesalahan fatal, dan juga benci kepada diri sendiri. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, karena beliau terus berfikir untuk dapat menolong dirinya sendiri. Dari hasil perenungan di tengah doa kepasrahan kepada Tuhan, beliau mulai menyadari bahwa jika kondisi badan mulai membaik, dan beliau dapat berjalan dengan kursi roda pun, seharusnya masih bisa “survive” dan melanjutkan hidup dengan terus berkarya. Akhirnya mulailah berdamai dengan diri sendiri. Mencoba berpositif thinking pada Tuhan, memaafkan dokter yang telah berbuat salah, dan menyemangati diri sendiri untuk meneruskan hidup seperti sebelumnya. Seperti mendapat sebuah mujizat, begitu beliau memaafkan semua, dan bertekad untuk melihat kedepan saja, tanpa harus menengok lagi ke belakang, maka kondisi badan berangsur-angsur membaik. Para dokter di Singapura, tempat beliau dirawat, menemukan bahwa otot di ususnya dapat bergerak, tepat sesaat setelah Pak Irwanto merasakan dadanya lega karena telah dapat memaafkan dan menerima keadaan. Meski akhirnya harus berjalan di atas kursi roda, namun beliau bersyukur karena masih diberi kehidupan olehNya hingga saat ini. Saat ini Pak Irwanto sudah aktif kembali di kampus, dan memegang peran yang lebih dari sebelum beliau sakit. Jika dahulu beliau hanya membawahi 1 jurusan, maka sekarang membawahi 3 jurusan di Universitas Indonesia & Universitas Atmajaya. Selain itu, beliau juga banyak menjadi pembicara di berbagai seminar di dalam dan luar negeri, aktif di berbagai organisasi sosial, serta banyak membuat tulisan di berbagai media. Beliau juga sedang membuat film yang kelak akan menginspirasi para penyandang cacat. Suatu karya yang luar biasa bagus tentunya. Dan bagi siapa saja yang menyaksikan tayangan Kick Andy tadi malam, saya rasa semua orang akan simpati dan mengagumi kehebatan beliau. Menyadari bahwa Allah telah menjadikan kita makhluk sempurna bernama otak. Yang dengannya kita dapat berfikir dan memecahkan segala persoalan hidup. Tayangan yang sangat inspiratif. Ini adalah bukti nyata bahwa setiap kita dikendalikan oleh pikiran kita. Ternyata kondisi fisik seburuk apapun juga bukanlah halangan, karena pikiran kita tetap bebas berkelana, menciptakan ide dan karya. Dan sebenarnya masih banyak contoh lain yang seharusnya kita ingat. Bahwa saat Bung Karno dipenjara, beliau pun menulis dan bahkan membuat buku. Semakin menggarisbawahi bahwa bagaimanapun keadaan kita saat ini, apa yang akan kita lakukana adalah hasil buah pikiran kita. Menjaga api semangat waktu demi waktu adalah kunci agar kita dapat berbuat lebih banyak. Jika misi besar kita adalah menjadi manusia yang bermanfaat bagi sebesar-besar umat, maka semangat juang itulah yang harus selalu kita pupuk. Nah salah satu langkah kecil yang dapat kita mulai adalah dengan menuangkan ide dan gagasan kita ke dalam tulisan…sambil terus mempraktekkannya dengan karya nyata.

0 comments:

Post a Comment